Pentingnya Terapi Komprehensif untuk Menangani Obesitas

Sejak kecil saya sudah termasuk anak yang “gemuk”, dan sejalan dengan bertambahnya usia, saya masih tetap gemuk hahaha. Pernah kok mengalami naik turun berat badan; pernah lebih ideal berat badannya dibandingkan saat ini, tetapi lebih seringnya malah lebih chubby. Terutama saat baru mulai pacaran dengan suami saya sekarang, sudah dasarnya kami berdua suka makan dan ditambah lagi euphoria masa awal pacaran jadi kami sering banget pergi ke sana kemari hanya untuk makan di berbagai tempat sedangkan olahraga ngga pernah. Selain kantong makin bolong, jarum timbangan pun makin ke kanan T_T Suami ternyata masih punya foto tembem saya di masa “jahiliyah” itu yang saya larang keras untuk dishare ke mana-mana.

Setelah menikah kami jadi lebih sadar diri untuk makan secukupnya. Dan entah kenapa makin ke sini perut kami makin cepat kenyang jadi meskipun berhadapan dengan makanan yang endes gandes, tetep ngga bisa makan terlalu banyak. Mungkin perut kami mengerti kondisi dompet ya hahaha, ngga rela uang terkuras hanya untuk bayarin makanan enak yang berlebihan.

Tampilan saya per bulan Juli 2016 :D
Tampilan saya per bulan Juli 2016 😀

Tiga cerita saya menurunkan berat badan

01Dulu saya pernah rajin nge-gym. Saya rajin melakukan ritual “pemanasan – latihan beban – kardio” ditambah dengan minum suplemen pembakar lemak dan diselingi ikut kelas aerobik, body pump, body combat, dan yoga. Ternyata nge-gym saat itu cukup efektif untuk mengurangi lemak tubuh sehingga berat badan saya berkurang (tetap masih di atas angka ideal sih), I do look and feel better & healthier. Tapi ya gitu, begitu udah kerasa enakan badannya, kesibukan-kesibukan kantor mulai dijadikan excuse untuk lalai dari olahraga, mulai jarang nge-gym dan akhirnya sampai mundur dari gym sama sekali. Daaan, udah ketebak, badannya melar lagi hahaha… Rendah banget ya kontrol diri saya untuk urusan ini.

02Usaha berikutnya yang pernah juga saya jabanin ialah dengan minum shake pengganti sarapan dan makan malam beserta sekian banyak suplemen pendampingnya. Sayang sekali efeknya tidak sedahsyat waktu rajin nge-gym. Berat badan turun ngga seberapa, saya masih tetap lapar setelah minum shake untuk sarapan dan makan malam, dan juga kantong makin tipis karena satu set shake dan suplemen tersebut mahal harganya untuk saya 🙁 Dari sayanya juga kurang optimal sih karena ngga dibarengi olahraga. Jadi setelah beberapa waktu saya jadi bosan minum shake tersebut dan ngga melanjutkan metode ini lagi.

03Usaha ketiga saya ialah dengan mencoba food combining; meskipun tidak menjanjikan jadi lebih kurus, umumnya dari testimonial yang saya baca pelaku food combining ini mendapatkan bonus penurunan berat badan yang lumayan berasa. Dengan semangat empat lima saya mempelajari dasar-dasar food combining dan mulai menerapkannya. Well… kayaknya banyakan cheatingnya daripada benernya food combining saya. Masalah utamanya adalah karena saya ngga doyan sayur. Dulu saya picky banget kalo sama sayur, kalau ada sayur dalam lauk depan mata suka saya sisih-sisihin ke tepi piring. Jadi gado-gado, karedok, lalap ngga pernah ada dalam kamus makanan saya. Nah demi menjalankan food combining ini saya mulai memaksakan diri untuk bisa nelen sayur terutama yang mentahan. Harus banget dibantu sambel pecel dan tempe goreng demi bisa makan sayur satu piring hahaha… Setelah sebulan dua bulan mencoba menjalani ini ternyata saya kalah lagi, menyerah sebelum efek di timbangannya terasa. Tapi setidaknya perut saya jadi ngga begah 😀

I need more comprehensive effort to lose weight effectively

Nah… tiga metode yang saya sudah lakukan ternyata belum ada yang sukses berkelanjutan. Saya kira masalah utamanya ada pada komitmen diri, dan akhirnya saya sering membela diri dengan berpikir bahwa memang udah dari sononya gemuk ya sudah, toh sehat ini. Iya sih sekarang ngga ada keluhan akibat dari kegemukan, tapi makin tua tentunya resiko kesehatan juga makin tinggi kan..

Ternyata yang saya alami juga banyak dirasakan oleh banyak orang lainnya, sebagaimana hasil pengamatan dr. Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt, “Ada banyak hal yang membuat berat badan seseorang naik turun, bisa karena ada ketidakseimbangan neurotransmiter dalam otak, akibat mutasi gen, faktor protein dalam tubuh, atau pun hormon.”

https://www.instagram.com/p/BFx6tcQLwi-/

Ini saya dengar dari dr. Grace saat saya berkesempatan menghadiri healthy talkshow bersama Forum Liputan 6 di SCTV Tower bulan Mei lalu, di mana beliau mempresentasikan “Pentingnya Terapi Komprehensif untuk Menangani Obesitas”. Dokter cantik pendiri klinik lightHOUSE Indonesia ini menerangkan bahwa obat dan terapi dibutuhkan pada banyak kasus penurunan berat badan di awal terapi, sambil menyelesaikan akar masalah dari obesitas itu. “Pencarian akar masalah membutuhkan program yang sifatnya komprehensif atau menyeluruh,” ujar dr. Grace.

Jadi ketauan deh usaha penurunan berat badan yang pernah saya lakukan belum ada yang komprehensif. Pas olahraganya kenceng, makannya agak bebas (meskipun masih wajar, menurut saya hehehe). Pas makannya diatur banget baik dengan shake pengganti sarapan dan makan malam maupun usaha menerapkan food combining; olahraganya memble + faktor bosan segera melanda.

Jadi ternyata penting banget lho ada qualified team yang mendampingi perjalanan penurunan berat badan kita, dalam hal ini dokter, ahli gizi dan psikolog agar program penurunan berat badan menjadi komprehensif. Dokter membantu dari sisi obat dan treatment yang sesuai dengan kondisi pasien agar efek samping bisa ditekan dan terapi menjadi lebih efektif. Dari sisi ahli gizi, akan memberikan pengetahuan mengenai nutrisi sehingga kita lebih bisa memilih makanan yang baik untuk membantu penurunan berat badan. Sementara itu, seorang psikolog akan membantu kita dalam hal perubahan tingkah laku dan menguatkan kontrol diri.

Waktu saya masih rajin nge-gym, sebenarnya di luar saat olahraga itu saya masih menjalankan gaya hidup sedentary alias sedikit sekali aktivitas fisik. Saat itu saya masih ngantor tiap hari, di mana hampir semua pekerjaan dilakukan dalam kondisi duduk di kubikel, perjalanan pulang pergi kantor pun naik kendaraan dan jalan kakinya hanya sedikit. Sekarang saat sudah ngga ngantor juga sama aja sih sedentary-nya, pekerjaan freelance desain grafis dan ngeblog diselesaikan dalam posisi duduk di depan komputer. Aktivitas fisik sebatas mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja; paling banter naik turun tangga ke dak atas untuk jemur baju.

perilaku sedentary

dampak perilaku sedentary

Hal ini dibahas juga di acara yang sama oleh dr. Sophia Hage, SpKO yang mempresentasikan materi tentang “Bahaya Obesitas dalam Gaya Hidup Sedentari”. Menurut beliau, perilaku sedentari mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Penelitian membuktikan bahwa seseorang yang melakukan perilaku sedentari dalam waktu lama setiap hari mengalami peningkatan risiko terkena diabetes dan penyakit jantung. Haduh… Menurut beliau, untuk melakukan perubahan pola hidup dari sedentary menjadi lebih aktif tidak cukup dengan ke gym atau melakukan olahraga yang hanya sekali-sekali. Lebih penting lagi memiliki gaya hidup yang aktif.

Masalahnya, jenis aktivitas fisik yang dimaksudkan bisa jadi berbeda-beda untuk tiap orang. Tidak semua aktivitas fisik atau olahraga cocok untuk orang dengan obesitas. Bukanya turun berat badan malah bisa cedera; jadi memang perlu dipantau oleh dokter terutama untuk yang obesitas berat.

Oke sekarang pertanyaannya: di manakah kita bisa mendapatkan program penurunan berat badan yang komprehensif? Yang lengkap dari sisi obat dan treatment, jenis aktivitas fisik dan juga pendampingan psikologi untuk menguatkan kontrol diri?

Klinik lightHOUSE Indonesia – Weight Control Center

Ternyata sudah ada lho, yaitu Klinik lightHOUSE Indonesia yang merupakan weight control center di Indonesia yang menyediakan layanan program penurunan berat badan komprehensif dan inovatif di bawah pengawasan medis, sudah terpercaya dan teruji lebih dari 11 tahun. Program komprehensif lightHOUSE dilengkapi dengan pola makan yang mudah diikuti, terapi dan obat yang efektif, serta program simulasi membuat pasien lebih mudah menerapkan pengetahuan baru yang diterimanya. Program ini juga diklaim telah terbukti secara klinis 3,5 kali lebih efektif dibandingkan dengan konsultasi dan terapi reguler lain.

Ragam program dan fasilitas klinik lightHOUSE bisa dibaca di websitenya, dan yang paling menarik perhatian saya ialah program lightWEIGHT, program penurunan berat badan 12 kali pertemuan selama 12 minggu yang dirancang khusus oleh dr. Grace sendiri. lightWEIGHT menerapkan comprehensive treatment dengan panduan dari psikolog, ahli gizi, dokter, dan dokter spesialis gizi, dokter spesialis olahraga, dan psikiater.

Gara-garanya waktu saya main-main ke website lightHOUSE dan mengisi kotak Analisa Berat Badan, ternyata Indeks Massa Tubuh saya di atas 30 hohoho… Disebutkan bahwa berat badan saya berada di tingkat Obesitas I dengan risiko 5% lebih besar terkena diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Program lightWEIGHT dikatakan dapat mengurangi resiko terkena penyakit metabolik tersebut.

analisa berat badan

Kini program lightWEIGHT dilengkapi dengan beberapa inovasi treatment dan metode baru seperti:

  • Tes DNA, untuk menentukan diet yang tepat untuk kita dan bagaimana DNA berperan dalam berat badan kita.
  • Meta Booster yang dapat mempercepat pembakaran makanan menjadi energi
  • Lymphatic Drainage yang dapat memperlancar pergerakan lemak ke mesin pembakar yang mengubahnya menjadi energi
  • lightMEAL Induksi sebagai 3-days meal starter untuk membantu penurunan berat badan hingga 3-5 kg di awal program. lightMEAL ini merupakan rangkaian makanan dan minuman dengan kalori terkontrol & praktis, tersedia di semua klinik lightHOUSE.

https://www.instagram.com/p/BFx4mJxrwgB/

Setelah acara selesai saya sempat ngobrol dengan Mba Esty Meirizka tim dari lightHOUSE; beliau bercerita mengenai satu pasien obesitas lightHOUSE yang menjalankan tes DNA dan akhirnya diketahui bahwa faktor yang memperngaruhi berat badannya adalah protein. Dengan diketahuinya hal ini, tim lightHOUSE bisa memberikan rumusan program penurunan berat badan dengan asupan protein rendah menyesuaikan kebutuhan dan kondisi tubuh pasien.

Didirikan sejak 2004, klinik lightHOUSE kini sudah menangani lebih dari 26.000 pasien. Klinik yang sudah mengantongi sertifikat ISO 9001:2008 ini memiliki 6 cabang yaitu Kebayoran,Apartemen Emerald Cilandak,Gedung HOFRIS Thamrin, Citylofts Sudirman,Ruko Golden Boulevard BSD City, dan Kelapa Gading.

lwc2016_smallRencana saya juga ingin mengikuti lightWEIGHT Challenge, yang merupakan kompetisi penurunan berat badan terlengkap di mana para finalis akan mengikuti program andalan di klinik lighthouse tanpa dipungut biaya. Aku ingin sekaliii! Untuk kalian yang tertarik untuk ikut challenge juga, pendaftaran masih dibuka hingga 15 Agustus 2016, jadi masih cukup waktu ya untuk mendaftar ^^

 

 

 

 

lightHOUSE Writing Competition

Similar Posts

12 Comments

  1. Sepertinya memang kudu pakai bantuan dari penanganan yang ahli ya mba dalam urusan nurunin berat badan. Kan pastinya beda beda setiap orang.

    Saya juga abis meluncur nih ke website light house…abis ngecek dan syok abissss karena kelebihannya baaanyaaak.

    Btw saya juga sama kaya mba alma, udah ngelakuin banyak cara, tapiii yaa gitu deh. Saatnya saya memulai konsul sama light house.

  2. danke infonyaaaaaa…
    aku sangat butuh ini, udah ngelakuin 3 step diawal tulisan ini dan ttp gak berhasil.
    jadi terbantu banget dengan info ini

Leave a Reply to Tanti Amelia Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.