Liburan Tergosong di Kepulauan Derawan
Setelah sempat tinggal di Kalimantan Timur tepatnya di Samarinda selama kurang lebih setahun di tahun 1990, akhirnya di tahun 2017 lalu saya kembali lagi ke propinsi satu ini. Untuk apa? Liburan tentunya ๐
Saya sudah lama dengar tentang tempat wisata ini, bahwa Kepulauan Derawan merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Kalimantan untuk pecinta pantai serta penggemar snorkling dan diving. Waktu itu saya ngebayanginnya sih mungkin seperti Gili Trawangan di Nusa Tenggara Barat, atau Karimun Jawa di Jepara sana.
Kami – saya bertiga dengan Shinta dan Mba Rora – memilih untuk booking paket private tour 4 hari 3 malam. Sengaja ngga pilih yang open trip supaya lebih bebas atur waktu selama berpetualang di Derawan nanti.
Perjalanan dari Jakarta sampai ke Derawan cukup memakan waktu. Kami harus terbang dulu dari Soetta ke Bandara Sepinggan di Balikpapan, lalu melanjutkan penerbangan dengan pesawat ATR ke Berau. Nah dari bandara Kalimarau di Berau itu ternyata masih harus menempuh jalan darat selama hampir 3 jam untuk sampai ke pelabuhan di mana kita akan menyebrangi laut dengan speedboat untuk menuju ke pulau Derawan.
Sejak menyebrang itu si speedboat kecil tak beratap itu jadi alat transportasi kami tiap hari selama island hopping di Kepulauan Derawan. Beberapa pulau yang jadi tujuan island hopping kami ada Maratua, Kakaban, dan Sangalaki. Rata-rata di semua paket tour Derawan sih pasti memasukkan keempat pulau utama ini dalam itinerary.
Di Kakaban, kegiatan paling berkesan ialah saat berenang di danau bersama ubur-ubur tanpa takut tersengat racunnya. Di Sangalaki yang merupakan “gudang” penyu, selain penginapan ada juga penangkaran penyu. Di pulau itu kami melihat tukik-tukik yang baru menetas. So cute!!







Berteman Dengan Matahari
Selama di Derawan, sinar matahari jadi teman akrab banget. Bayangin deh, setiap hari kerjaan kami tiap pagi sampai sore di Derawan itu main air dan snorkeling, naik speedboat, main air dan snorkeling, naik speedboat lagi, rinse and repeat, alhasil jalan-jalan ke Derawan ini sukses jadi liburan tergosong saya seumur hidup hihihiโฆ Udah pakai sunblock berlapis-lapis ngga ngaruh ternyata; kulit tetap menghitam meskipun terbantu tidak kena iritasi karena terbakar sinar matahari.

Cantiknya pemandangan Derawan tentu tak perlu diragukan lagi. Pokoknya Indonesia bagian tengah sampai timur sana, laut dan pantainya dijamin kece. Langit biru cerah dengan semburat awan tipis, riak air laut yang bergradasi warna turquoise di tepi pantai, dan makin dalam makin gelap warna birunya. Dipadukan dengan pasir putih kecoklatan dan hijaunya dedaunan, rasanya lapaaang banget kalau di pantai. Pemandangannya luas dan seakan tak terbatas; ini membuat saya selalu jatuh cinta dan ingin kembali ke pantai.

Goa Halo Tabung di Maratua
Dari serunya liburan ke Derawan bareng dua sahabat terbaik saya, setidaknya ada dua hal yang saya sesali. Yang pertama, saya jadi satu-satunya yang ngga berani loncat di goa Halo Tabung (dulu dikenal dengan goa Haji Mangku) di pulau Maratua.
Jadi goa Halo Tabung ini seperti danau yang permukaan airnya lebih dari 5 meter di bawah tepian tebing. Airnya tenang dan cukup dalam meskipun tidak terlalu dalam (haha gimana coba), jadi sinar matahari masih bisa menembus sampai menjelang dasar air tapi masih cukup dalam sehingga aman untuk orang melompat ke dalamnya.
Shinta dan Mba Rora, meskipun diawali dengan keragu-raguan tapi akhirnya sukses memberanikan diri lompat dari bibir tebing. Saya? Diawali dengan keragu-raguan juga dan diakhiri dengan ketidakberanian lompat.
Tapi karena saya penasaran pengen berenang di dalam situ, akhirnya saya cari jalan mlipir turun tebing pelan-pelan sampai akhirnya bisa masuk juga ke dalam danaunya itu. Airnya dinginnnn, dan meskipun suasanya agak gelap dan spooky (ini kata Shinta ya; kalau kata saya sih menenangkan jiwa :p ), tapi saya malah merasa nyaman banget berenang-berenang di dalam situ. Inginnya stay lebih lama, tapi yang lain udah keburu minta mentas ๐
Apakah saya menyesal karena ngga berani lompat? Oh tentu. Tapi saya sendiri masih ga yakin next time ke sana lagi apakah akan sudah jadi lebih berani ๐ Anyway yang penting saya udah ngerasain berenang di goa Halo Tabung, jadi saya sudah cukup puas.
Labuan Cermin
Hal yang saya sesali kedua, ialah gagal ke Labuan Cermin. Saya super duper penasaran sama foto-foto Labuan Cermin yang beredar di internet. You know, that โtypicalโ photo of a wooden boat yang lagi ngambang di permukaan danau. Airnya super jernih dan bening sampai-sampai nyaris ngga kelihatan, jadi perahunya terlihat seperti mengambang di udara aja gitu.
Ternyata trip yang kami pilih 4 hari 3 malam itu ngga cukup lama untuk bisa sampai ke Labuan Cermin, hidden paradise yang memang lokasinya jauh banget, kira-kira 3-4 jam perjalanan boat dari Derawan. Saking penasarannya, kami jadi agak โmaksaโ ke mas Ringga, PIC private tour kami saat itu untuk bawa kami ke Labuan Cermin. Setelah deal nambahin biaya buat bahan bakarnya speedboat, kami bersiap berangkat ke Labuan Cermin jam 3 dini hari, saat itu langit masih gelap banget.
Memang yang namanya maksa itu ngga baik ya. Belum sampai setengah jam perjalanan, speedboat kami putar arah balik lagi ke Derawan. Soalnya malam itu air laut luar biasa buas, apalagi kami naik speedboat kecil begitu jadi berasa banget diombang-ambing di tengah gelapnya malam. Rasanya nyawa jadi setipis benang yang sedang ditarik-tarik, ngga tahu apakah akan putus sebentar lagi huhuhu.
Di atas speedboat yang sedang bermanuver menerjang ombak, kami bertiga saling diam. Ngga ada yang berani ngobrol. Saya sendiri pegangan ke pinggiran speedboat kenceng banget. Ngga punya nyali bahkan untuk melepaskan pegangan lalu mengambil henpon atau kamera dari dalam tas untuk mengabadikan langit berbintang malam itu yang cantik sekali.

Kontras banget memang, ombak lautan astaghfirullah begitu menakutkan tapi langit dan bintang-bintang bertaburan (yes, literally bertaburan) masyaallah pesonanya ngga akan terlupakan. That was the prettiest starry night sky I have ever seen in my life.
Sampai akhirnya driver speedboat mengibarkan bendera putih dan menganjurkan supaya kita balik aja ke Derawan, tidak berani meneruskan perjalanan. Kami langsung setuju, karena ya emang ngeri banget saat itu huhuhuโฆ
Abis itu jadi janji sama diri sendiri, next time ada rejeki bisa liburan ke Kalimantan lagi, Labuan Cermin harus jadi prioritas utama ๐ Pilih waktunya sebaiknya sekitar bulan Maret-April karena air laut lebih tenang, ngga ganas seperti saat perjalanan saya di bulan Agustus.
Booking pesawatnya kayaknya bakal lewat pegipegi.com aja. Karena dari pengalaman yang sudah-sudah, booking hotel dan pesawat di situ termasuk yang paling murah; dan prosesnya juga mudah. Satu yang saya suka dari pegipegi, harga yang tercantum di awal itu ya sudah harga akhir karena sudah inklusif sama biaya ini itu. Jadi what you see (at the beginning) is what you pay (at the end). Simple, no annoying surprises.
Derawan memang keren banget ya mba. Foto-fotonya juga cakep mba
Ngelihatin foot-foto di postingan ini bikin kangen main di pantai bangeettt. Kadang bosen juga tiap hari ngeliatin laptop terus, laptop terus. Hehehe. Kangen alam! ๐
Goa Halo Tabung dan Labuan cermin juga luput dari perjalanan ke Derawan beberapa tahun lalu, mba
Yes, for sure, kudu ke sini dan foto dengan “signature pose” ala Labuan Cermin is a must!
Insya Allah, Insya Allah
Pengen banget sih bisa snorkling di derawan, piknik impian banget
Bagus banget pemandangannya, jadi pengin kesitu, tapi jauh.
Derawan dan Labuan Cermin memang seru dan menggoda. Ini salah satyu destinasi yang lengkap menurut saya. Ya.. meskipun perjalanan lautnya sangat menantang