Kerja keras di balik gemerlap sebuah pementasan drama musikal

screen-shot-2016-10-26-at-5-53-32-pm

Saat tahu akan ada sebuah pertunjukan drama musikal besar digelar di Jakarta, saya langsung tertarik. Alhamdulillah dapat kesempatan menghadiri press conference tentang proyek tersebut dan disuguhi beberapa cuplikan adegannya, saya makin ingin nonton huhuhu… Saya ngga punya latar belakang teater sebetulnya; jadi lebih ke arah unsur “musikal”-nya yang bikin saya jatuh cinta pada pandangan dan pendengaran pertama.

Baca juga: Belajar Sejarah Lewat Drama Musikal Khatulistiwa

Yesss, waktu menyaksikan langsung Gabriel Harvianto dengan vibra-nya menyanyikan lagu “Tanah Airku”, hati rasanya udah langsung ingin beli tiket pertunjukannya hahaha…  Ditambah lagi dengan cuplikan adegan saudagar-saudagar Eropa yang saling “berbincang” dengan nada dan harmonisasi. Yea I’m a sucker for harmonization in singing since forever – dulu waktu SMU semangat gabung ekskul paduan suara dan sekarang ngefans sama Pentatonix.

Drama Musikal Khatulistiwa – Jejak Langkah Negeriku

Sebagai seorang awam yang wawasan drama musikal-nya baru sebatas Sound of Music dan Petualangan Sherina, bisa melihat perjalanan sebuah pementasan drama Musikal Khatulistiwa – Jejak Langkah Negeriku tentu jadi pengalaman berharga. Terlebih konsep drama musikal ini nasionalis sekali. Misi yang diusung pun sangat mulia menurut saya, untuk menyampaikan kisah pelajaran sejarah bangsa di hadapan pelajar (dan masyarakat Indonesia pada umumnya) dalam bentuk edutainment yang kekinian dan tidak membosankan.

Pertunjukan berdurasi 2,5 jam ini akan menceritakan mengenai berbagai kisah pahlawan Indonesia, dimulai dari kedatangan VOC hingga masa Sumpah Pemuda hingga kemudian era proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Beberapa pahlawan yang akan ditampilkan antara lain Sultan Hasanuddin, Cut Nyak Dien, Christina Martha Tiahahu, Dewi Sartika,HOS Tjokroaminoto dan beberapa lainnya.

Sebagai sebuah drama musikal yang padat unsur entertainment-nya, fakta sejarah yang ada di dalamnya dapat dipertanggungjawabkan dengan dilibatkannya sejarawan Kang Asep Kambali yang memberi masukan atas materi cerita drama musikal ini.

Tahukah kamu, hasil penjualan tiket pertunjukan pada tanggal 19-20 November 2016 nanti akan digunakan untuk biaya produksi cakram digital berisi film Musikal Khatulistiwa yang akan dibagikan gratis ke sekolah-sekolah di Indonesia. Supaya lebih banyak adik-adik dan anak-anak kita yang bisa menikmati pelajaran sejarah. Ini penting lho, jika menikmati proses belajarnya, tentu akan jadi lebih mengenal para pahlawan pendahulu kita. Karena tak kenal maka tak sayang, insya Allah akan makin tertanam juga rasa cinta kita pada pahlawan dan bangsa.

Menyaksikan Behind The Scene-nya!

Nah di tanggal 18 Oktober kemarin, saya kembali berkesempatan menyaksikan salah satu kegiatan inti menjelang pementasan; yaitu sesi latihan atau rehearsal! Saat tiba di lokasi latihan gedung Nyi Ageng Serang di kawasan Kuningan, sudah banyak berlalu lalang para pemain dan tim produksi Drama Musikal Khatulistiwa. Sebagian sudah mulai berlatih harmonisasi suara dipandu Gabriel Harvianto, melakukan sit up dan latihan fisik lain sebagai persiapan rehearsal, dan berbagai persiapan lainnya.

screen-shot-2016-10-26-at-5-53-59-pmPokok acara Behind The Scene malam itu diawali dengan mini workshop dengan tim produksi dan beberapa pemain. Ada Adjie NA selaku sutradara, designer Auguste Soesatro sebagai penata busana, Ifa Fachir sebagai penata musik, dan Teuku Rifnu Wikana sebagai cast (salah satu yang diperankannya adalah tokoh pahlawan HOS Tjokroaminoto). Yes, dengan 100 lebih talenta yang beraksi dalam drama musikal ini, satu orang talent bahkan bisa memerankan sampai 4 tokoh!

Mas Adjie dalam mini workshop-nya menerangkan misinya untuk membuat sebuah pertunjukan drama musikal yang benar-benar drama musikal, karena menurutnya selama ini yang banyak terjadi ialah cerita drama / aksi teater yang diselingi lagu. Sedangkan hakikat drama musikal yang sesungguhnya ialah yang menggabungkan kedua unsur tersebut. Jadi unsur musik masuk ke dalam cerita dalam bentuk libretto, aria dan juga scoring. Nah bagian ini saya lebih tercerahkan saat dijelaskan oleh Ifa Fachir. Jadi dalam sebuah drama musikal, libretto adalah dialog yang dinyanyikan, aria adalah monolog yang dinyanyikan, sedangkan scoring adalah latar musik pendukung untuk menciptakan suasana tertentu.

Pada event kemarin itu saya motret dikit banget, karena terlalu fokus merekam footage untuk bahan video hehehe.. I hope this video shows you in much better way than my writing about the rehearsal of Drama Musikal Khatulistiwa. Ada Epi Kusnandar dalam cuplikan adegan Dewi Sartika kecil, Sita (RSD) yang memerankan Dewi Sartika dewasa dan Teuku Rifnu Wikana yang melakukan aria dalam perannya.

Salut untuk semangat semua pemain dan tim produksinya yang sudah latihan dan mempersiapkan semuanya berbulan-bulan 3 kali seminggu dari sore hingga menjelang tengah malam. Till we meet again at the show 😉

Oyah tiket pertunjukannya sudah bisa dibeli ya di kiostix.com. Pertunjukan akan digelar 2x sehari, siang dan malam pada tanggal 19-20 November 2016. Info lengkap tentang Drama Musikal Khatulistiwa bisa dibaca di official website www.musikalkhatulistiwa.com. Yuks nonton!

Similar Posts

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.