Di Balik Tiket Pesawat Murah ke Korea Selatan

Jujur deh, siapa yang nggak ngerasain deg-degan bahagia pas nemu tiket pesawat super murah? Bayangin aja, terbang dari Jakarta ke Seoul Korea Selatan pas musim gugur “cuma” 3 jutaan!

Wah begitu disodorin screenshot aplikasi Trips ini mataku langsung berbinar, ngga sampai 2 menit langsung kuiyakan ajakan ke Korsel ini. 

Saat itu masih bulan Juni 2023. Jadwal flight-nya bulan Oktober. Dalam hati lumayan pede, cukup lah 4 bulan buat nabung tambahan biaya jalan-jalan ini. Langsung terbayang hawa dingin yang menyenangkan dan warna-warna kuning, oranye, dan hijau pupus khas musim gugur yang cantik. 

Tapi, eits, tunggu dulu teman! Di balik manisnya promo tiket pesawat, seringkali ada rahasia tersembunyi yang baru berasa pas harus bayar tambahan ini itu, pas rekening udah agak menipis hahaha… Sebelum mimpi indah kita berubah jadi drama kelabakan, mending kita tengok dulu realitanya. Tiket murah itu biasanya nggak semanis kelihatannya.

Pernah nggak ngebayangin koper nangis kejer karena ditolak masuk bagasi, atau badan mleyot kena delay 12 jam di bandara antah berantah? Belum lagi drama bagasi tambahan yang harganya auto bikin nyureng. Nah, itu baru sekilas masalah yang bisa muncul dari tiket murah.

Trus, pas sampai di destinasi, ternyata penginapan murah udah penuh semua. Alhasil, nginep di hostel minimalis, rebutan kamar mandi sama segerombolan backpacker lain. Makan pun jadi serba hemat, roti garing sama air putih tiap hari, sampe lidah kering nggak kena sambel. Eh, mau jalan-jalan keliling kota? Ternyata ongkos transportasi di tempat tujuan nyedot budget habis, nggak sebanding sama hematnya tiket pesawat.

Well ya maaf itu lebay sih hahaha, alhamdulillah yang terjadi di aku ngga kaya gitu. Tapi memang betul kok, ternyata banyak hal-hal yang membuatku akhirnya sadar bahwa tiket pesawat murah meski menggoda tapi bukan segalanya. Bisa jadi, tiket murah malah bikin total pengeluaran ngga jauh beda sama tiket reguler, malah bisa jadi lebih mahal kalau keteteran. 

Kembali ke cerita di awal tadi, disodorin tiket PP Jakarta – Seoul 3,3juta tentu pantang ditolak dong ya. Selain karena terasa murah, memang sudah jadi cita-cita lama bisa ngerasain musim gugur di negeri orang. Cuss lah kami jadi booking 2 tiket PP Jakarta – Seoul dengan maskapai VietJet.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Tambah bayar karena harus reschedule penerbangan

Fast forward menjelang bulan keberangkatan, ternyata ada jadwal pekerjaan di Jakarta yang tidak bisa diubah sehingga kami harus reschedule jadwal terbang. Tentunya tidak gratis ya, reschedule kemarin membuat harga tiket per pax membengkak dari Rp 3,3jt jadi 5,2jt. 

Tapi sisi “positif”nya, jadwal kepulangan bisa sekalian dimundurin supaya lebih lama di Korea karena secara impulsif keidean untuk ke Busan gara-gara FOMO liat post Instagram sepupuku yang lagi main di Busan. Sekalian deh, mumpung udah sampe Korea gituu.

Dan hal ini tentunya berimbas ke pengeluaran akomodasi dan transportasi extra karena awalnya ga ada plan ke Busan yang berjarak 320 km dari Seoul. Please beware ya guys, kata-kata “sekalian” dan “mumpung” ini adalah pintu doraemon menuju tabungan yg makin tipis.

Tambah bayar untuk beli bagasi

Dari awal kami sudah sadar kok tiket murah begini hampir pasti tanpa checked-in baggage. Dalam hati tuh awalnya mikir, “Bisa yuk bisa carry-on luggage aja. Pake ransel aja, ga usah kebanyakan bawaan.” Sebuah pikiran yang tidak berdasar. Mau pergi ke luar negeri, musim (menjelang) dingin, niat hiking pula ke Gunung Seorak, udah pasti bawaannya akan banyak dong ya. Sepatu aja mau bawa dua macem, belum lagi bawa coat yang tebal supaya ngga kedinginan, dan tetep harus bawa tas laptop dan alat kerja lainnya karena masih harus urus kerjaan juga selama di Korea. Alhasil kami beli bagasi juga, kena hampir Rp 2 juta untuk PP per pax. 

bawaan bagasi terbang ke Korea

Pengeluaran extra selama layover

Tiket awal yang kami beli itu termasuk layover di Ho Chi Minh City selama 6 jam saat flight berangkat dan 9 jam saat flight pulang. Rencananya layover pertama yang 6 jam itu akan diisi dengan keluar bandara sebentar untuk dinner bareng kolega di Ho Chi Minh; dan layover kedua yang 9 jam akan dipakai tidur di bandara karena memang waktunya pas di tengah malam.

Karena reschedule tiket pesawat, ternyata layovernya juga berubah. Saat berangkat jadi kebagian layover 9,5 jam. Tidak terlalu masalah sih karena masih bisa sesuai plan awal. Kami keluar dari bandara Than Son Nhat (tanpa bawa koper karena ternyata bagasinya checked through) dijemput untuk makan malam bareng tim Hiip Vietnam, lalu naik Grabcar kembali ke bandara untuk menunggu flight selanjutnya jam 2.35 dini hari. 

Nah pas penerbangan pulang dari Korea Selatan, kami layover hampir 24 jam di Ho Chi Minh. Alhasil jadi nambah pengeluaran lagi untuk kamar hotel 1 malam, grabcar, makan minum, dan naik hop-on hop-off city tour bus keliling Ho Chi Minh 😀 lagi-lagi, sekalian lah mumpung udah sampai Ho Chi Minh City.

Setelah dihitung, pengeluaran selama 2 kali layover di Vietnam itu sekitar Rp 1,2 juta per pax di luar beli oleh-oleh.

Merasa dapat tiket murah, jadi untuk yang lain agak jor-joran

Humm yang ini mungkin ngga logis, tapi beneran deh ada perasaan karena bisa berhemat di biaya tiket, rasanya jadi seperti punya sisa budget untuk dipakai hepi-hepi selama di Korea. I am talking more about local attractions. Yang sebetulnya tersier banget untuk ukuran kami tapi kok ya pengen ahahaha, yaitu naik wahana sky capsule di Busan, naik ferris wheel di Sokcho alias Sokcho Eye, dan Cable Car ke Namsan Tower di Seoul.

Kami beli paket Beach Train + Sky Capsule di Busan seharga Rp 360 ribu, naik Sokcho Eye 15 menit-an seharga Rp 140 ribu, dan naik cable car mpet-mpetan ke Namsan Tower seharga Rp 135 ribu. Mahal yah bun, tapi lagi-lagiiii sekalian aja kan mumpung udah sampe Busan, udah sampe Sokcho ^_^

——

Ceritaku tadi mungkin bisa kasih gambaran bahwa ada tantangan di balik tiket murah, tapi sebenarnya itu cuma bumbu perjalanan, jangan dianggap jebakan yah. 

Tiket murah itu menurutku peluang. Peluang jalan-jalan lebih sering, eksplor destinasi baru, dan ngerasain pengalaman unik yang mungkin belum tentu kita dapetin kalau beli tiket reguler. Kayak pengalaman aku, jadi bisa ketemu sama teman-teman Hiip Vietnam karena layover lama di Ho Chi Minh, atau menikmati pemandangan Sokcho dari ketinggian 65 meter dalam di dalam kapsul Sokcho Eye.

Yang perlu diingat, tiket murah cuma sebagian kecil dari total pengeluaran jalan-jalan. Jadi, perhitungan total, fleksibilitas tanggal, dan selalu spare extra budget, itu kuncinya. Nah, dengan persiapan yang matang, dapet tiket murah nggak bakal jadi jebakan, tapi jadi jalan menuju petualangan seru. Aku juga belajar bahwa perjalanan itu nggak cuma soal destinasi, tapi juga soal pengalaman yang kita dapatkan di sepanjang jalan. Belok kiri belok kanan dan muter-muter-nya itu jadi hal yang bisa kunikmati dan bikin happy juga ^_^

Similar Posts

4 Comments

  1. Hahhaa ini baru kejadian lagi. Rencana ke jepang, beli tiket mayan “murah” trus adek gue baru ngeh. Lah belom ini itu ini itu, kok banyaakkk wkwkwkwkwk

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.