|

3 Things I Love About Blogging with WordPress

Halo!

Berawal dari diskusi di sebuah grup WA, saya dan beberapa teman blogger pengguna WordPress janjian untuk bareng-bareng nulis blog post tentang things we love about WordPress.

Umumnya orang memilih Blogspot untuk ngeblog karena Blogspot itu simple, dan gratis. People choose Blogspot due to its simplicity and the fact that it’s free.

Sebagian orang lainnya memilih WordPress untuk ngeblog karena fleksibilitasnya, dan ada yang bilang juga karena lebih bagus SEO-nya.

Hmm… padahal Blogspot itu produknya Google; dan untuk SEO itu hampir pasti merefer ke search engine Google. Kenapa WP bisa dianggap lebih bagus untuk SEO ya? šŸ˜€

Okay jadi di artikel kali ini saya ingin memaparkan beberapa hal yang bikin saya cinta sama WordPress dan sampai saat ini belum ingin berpaling ke lain hati. No, this is not intended to trigger a blogger war of some kind (udah terlalu banyak war saat ini terutama di kalangan buibu, ga usah ditambahin lagi lah ya ahahaha). Cuma mau berbagi aja, siapa tahu bisa bantu kasih insight untuk teman-teman yang penasaran kenapa sih rela amat bayar hosting mahal-mahal untuk bisa pakai WordPress, wong ada alternatifnya yg hratisan?

Oiya ini juga ngga bakal jadi tulisan yang sifatnya teknis dan lengkap alias komprehensif banget, saya hanya akan nyebutin beberapa poin aja ya.

Letā€™s get started šŸ˜‰

1. Broken Link Checker

Saya jadi saksi betapa banyaknya teman-teman blogger yang panik dan uring-uringan gara-gara banyak broken link di blog mereka. Terutama dari link yang ditinggalkan oleh komentar. Broken link bisa jadi akibat salah ketik, laman-nya sudah dihapus, permalink-nya sudah diganti, atau websitenya sedang down sehingga tidak bisa diakses.

Kenapa jadi masalah? Karena broken link itu menyebalkan bagi pembaca, semacam di-php-in (bad user experience), dan itu membuat Google ngga suka sama broken link. Broken links can hurt your SEO. Sebagai kaum blogger yang “mendewakan” Google dan SEO, kita berusaha menjauhi larangannya ya kan alias menjauhi broken link.

Tahu dari mana kalo di web kita ada broken link? Easy peasy kalau pakai WordPress. Tinggal install plugin Broken Link Checker, dan kita bisa dengan mudah melihat saat ini ada berapa link yang broken. Lalu diapain? Saya biasanya selalu re-check; maksudnya klik re-check aja dan pluginnya akan mengecek ulang apakah link tsb masih broken atau enggak.

List beberapa link yang broken.
Ada pilihan untuk edit URL, unlink, dan recheck

Kalau masih broken, pilihannya ada dua, unlink (hapus link) atau edit link-nya (biasanya untuk kasus broken link karena typo).

Kalau pakai selain WordPress; harus cek dengan online tool seperti contohnya http://www.brokenlinkcheck.com/; lalu track back di mana letak link yang rusak untuk kemudianĀ  dibetulkan atau dihapus.

Masalahnya, kebanyakan broken link itu berasal dari link yang ditinggalkan oleh komentar, baik dari identitas commenternya (kalau pake opsi Name/URL) atau link yang memang ditaruh di body komentar. Di Blogspot, setahu saya, itu ngga bisa diedit. Pilihannya hanya satu, hapus komentarnya untuk menghilangkan si broken link.

Kalau di WordPress, bisa banget. Mau edit link dan bahkan edit body komentarnya juga bisa heheheā€¦

Bisa edit comment

2. Need Anything? Thereā€™s a plugin for thatā€¦

Saya termasuk yang cinta sama WordPress due to its power and flexibility. Mau bikin blog sangat sederhana bisaaaa, mau dibuat kaya fitur juga hayuk aja. Butuh fitur apa untuk website WordPress kamu? Most likely thereā€™s somebody out there creating a plugin for that.

Dari plugin-plugin ā€œwajibā€ antara lain seperti anti-spam Akismet, plugin security seperti Wordfence, plugin Broken Link Checker yang saya sebut di atas, dan plugin ecommerce Woocommerce, sampai plugin yang lumayan sophisticated, ada lho buat WordPress.

Di website komunitas.bloggerperempuan.co.id kamiĀ membuat form registrasi member yang otomatis ngelink ke Blogger Directory, untuk itu ada pluginnya sendiri. Di website asinanblogger.com yang bisa otomatis update konten tiap kali membernya posting blog post baru, itu juga membuatnya pakai plugin.

3. To code or not to code? The choice is yours.

Beberapa teman bilang ngga mau pakai WordPress karena dia gaptek, ngga bisa coding. Well sebetulnya sependek pengalaman saya mainan WordPress, saking fleksibelnya, mau coding mau ngga coding, sebetulnya terserah kita.

Untuk nulis blog post aja nih misalnya, ada dua tab Visual dan Text. Di tab Visual kita bisa ngetik dan kasih formatting dengan mudah seperti pakai MS Word. Kalau maunya ngetik pake kode HTML, bisa pakai tab Text.

Tab “Visual” dan tab “Text” pada Text Editor

Beranjak deh ke hal yang sedikit lebih ribet. Customize tampilan blog, katanya harus pake coding alias edit kode CSS? Bisa ya bisa engga. Ada lho plugin untuk customize tampilan blog WordPress tanpa harus coding sama sekali, seperti Visual CSS Style Editor atau Site Origin CSS. Itu yang gratis. Alternatif plugin yang berbayar lebih banyak lagi, tentunya dengan fitur yang lebih canggih seperti CSS Hero misalnya.

Ingin membuat blog post atau page dengan layout yang ngga biasa; dengan konten yang bisa ā€œmelayang-layangā€? Bisa tanpa coding lho; pakai plugin Beaver Builder atau Divi Visual Drag & Drop Builder.

Okee, tiga dulu aja deh. Itu aja merembetnya udah panjang heheheā€¦

The Challenges

Nah agar postingan ini lebih fair, sekarang saya akan paparkan beberapa challenges dan konsekuensi atas WordPress.

1. WordPress-nya gratis, tapi kita tetap harus keluar dana untuk sewa hosting.

Untuk blogger biasanya ambil paket shared hosting sudah cukup. Tapi seiring usia blog yang makin matang, traffic yang makin mantap, dan konten (terutama foto) yang makin banyak disimpan di server, biaya hosting bisa jadi makin mahal.

Anyway mahal murah itu relatif ya, selama kita bisa dapat benefit yang valuenya melebihi dana yang kita keluarkan untuk investasi di hosting (dan mungkin printilan lain seperti theme dan plugin premium), tentu tidak jadi masalah.

Baca juga:Ā Cara Mudah Membuat Blog WordPress Self-Hosted

2. Website WordPress perlu maintenance rutin

Punya blog atau website di WordPress tidak bisa build then leave begitu saja. Harus rutin melakukan maintenance. If nothing goes wrong, maintenance ini sama sekali ngga ribet sih, hanya mesti cek update yang dibutuhkan, dan klik update aja.

Baca juga:Ā Update themes dan plugin pada WordPress

3. Plugin, pedang bermata dua

Saking banyaknya alternatif plugin untuk WordPress seperti yang saya sebut di atas, seringkali membuat kita kayak gatel pengen install ini itu, beli plugin ini itu yang harapannya bisa membuat blog kita makin keren.

Atau ada teman merekomendasikan harus install ini itu, jangan mentah-mentah diikuti ya. Harus cari tahu dulu plugin itu fungsinya apa, dan apakah blog kita membutuhkan fungsi tersebut. Kalau ya, boleh dipertimbangkan lebih lanjut untuk install.

Ada pendapat yang bilang jangan install plugin banyak-banyak, nanti blognya jadi lambat. Well tidak sepenuhnya benar; karena pada dasarnya plugin itu variatif sekali fungsi dan beratnya. Ada plugin yang kompleks dan berat, seperti WooCommerce (download file size 3,4mb). Ada juga plugin lain yang ringan seperti Lightweight Sidebar Manager yang ukuran zip filenya hanya 58kb.

Plugin Broken Link Checker ukuran file zip-nya hanya 1mb, tapi dia termasuk resource intensive alias kalau dalam kondisi aktif terus-menerus bisa berpengaruh membuat blog kita jadi lebih lambat. Rekomendasi dari wpbeginner.com ialah untuk install dan aktifkan beberapa bulan sekali. Jadi ya balik lagi, bukan ā€œjangan install banyak-banyakā€; tapi gunakanlah plugin yang memang kita perlukan saja.


Done. Sekarang saya minta pendapat kalian dong, poin apa lagi sih selain yang tiga ini yang membuat kamu cinta sama WordPress? Atau poin yang bisa dianggap sebagai challenge yang membuat kamu memilih untuk tidak pakai WordPress?

Thank you!

Similar Posts

18 Comments

  1. Baca dari atas sampai bawah, koementer gini dalam hati: Untung gue pakai WordPress..

    Tulisan yang sangat mencerahkan Mbak Alma. Suka

  2. Setuju semuaa, Mba Alma. Apalagi yang broken link checker. Punya dua blog satu WP satu Blogspot beda banget ngurusin broken link. Yang satu gampil, yang satu mumet sampai nggak aku urusin, hahahaha.
    Kalau plugin ngikutin apa kata Mba Shintaries di salah satu postingannya kalau nggak salah :p

    Btw itu komenku masuk broken link ya Mba Alma? Karena typo nulis URL kah? Maafkaaan, hihi.

    1. Tentang plugin, tetep perlu diliat ya kita perlu apa engga, karena kebutuhan orang kan beda-beda šŸ˜‰ Tentang komen itu bukan karena broken link kok, cuma mau kasih lihat kalau komentar di WP bisa diedit šŸ˜€

  3. Dalam hati ā€œuntung dulu gw keracunan wp dan nurut aja suruh pindahā€ meski sekarang masih raba-raba, tapi dikit-dikit dah ngerti dimana enaknya.

    Selalu menanti tulisan2 rahasianya almazia nih.

  4. wah keren mbak infonya. aku awalnya udah blogspot minded, karena desainnya yang simpel. cuma, karena ikutan BP jadi ada challange buat belajar WP >,< aahh mantab ilmunya. Mesti banyak belajar ternyata. Ilmu saya masih cetek :D. yang bikin serakah buat di WP adalah, instal plugin A B C yang bikin optimasi blog. Tapi, ternyata kalo gak ada gunanya bs bikin berat šŸ™‚ Makasih ilmunya mbak alma šŸ™‚

  5. Saya pengguna blogspot tapi bikin satu blog lagi di wordpress. Emang awal awal rada ribet sih dari bikin blog, bikin profil sampe ngatur ini itu tapi pas dijalanin aku mulai jatuh cinta sama WP. Yang paling aku suka sih kita bisa nemuin blog blog lain di tab “reader” jadi kalo mau blogwalking gampang.

  6. Sesungguhnya aku udah mikirin lebih dari setahun untuk pindah ke wordpress. Dan juga sehari2 aku pegangnya wordpress (web di kantor) jadi sekalinya aku ngeblog kadang kagok. tapi mau migrasi tuh kebayang ribet wkwk. Aduh baca ini jadi semakin ingin pindah

  7. aku masih belajar dan membandingkan. artikelnya bagus mbaaa.. oh ya apa biaya domain hosting wordpress lebih mahal ketimbang blogspot ya jika beli di pihak ketiga?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.