Selamat tahun baru, selamat datang 2021!
Salah satu cita-citaku untuk tahun 2021 ini adalah mempunya financial management yang lebih baik dan teratur. Sejak akhir 2020 sih sudah bertekad untuk menata kembali keuangan pribadi dan keluarga. Aku bikin financial checkup sederhana, melihat tujuan-tujuan keuangan mana yang sudah on track dan mana yang perlu dirework.
Aku tu sebetulnya ga buta-buta amat sama financial planning. Lumayan ngerti juga sama instrumen investasi walau masih sebatas epidermisnya aja. Tapi nyatanya perencanaan dan pengaturan keuangan masih jalan di tempat. Tiap bulan nabung reksadana tapi kaya mindless gitu, ga jelas yang RD ini tujuannya apa, RD yang itu goalsnya yang mana, harusnya nabung per bulannya berapa.
Mungkin ini yang namanya punya ilmu ngga diamalkan haha…
Karena dilenakan pengeluaran rutin tercukupi dari gajian. Tapi (selalu) “lupa” kalo ada yang namanya kebutuhan tahunan dan kebutuhan masa depan. Bayar PBB, Pajak mobil motor, premi tahunan asuransi kesehatan, dan lain lain. Tiap harus keluarin cash untuk kebutuhan-kebutuhan tahunan yang nominalnya lumayan selalu merasa kaya dirampok haha.
Nah aku bertekad untuk memperbaiki ini semua. Harusnya bisa dong mempersiapkan hal-hal yang bisa disiapkan under our control. Akhirnya buka-buka Google sheet lama yang dulu pernah dibuat, dirapiin lagi. Berbekal template Excel dari workshopnya Icha dan Windi aku nyiapin 3 perhitungan: sinking fund, dana darurat, sama dana pensiun.
Sinking Fund
Sinking fund ini intinya menyisihkan uang untuk kebutuhan-kebutuhan yang bukan rutin bulanan; seperti misalnya Pajak Bumi & Bangunan, pajak kendaraan, premi askes tahunan, THR, bayar domain dan hosting. Semua direkap nominalnya, due date-nya, sampai ujungnya bisa dihitung per bulan aku harus menyisihkan berapa.
Nanti begitu ada yang mencapai due date, dananya tinggal diambil dari sini aja. Sinking fund saat ini aku simpan di RDPU. Sebetulnya mungkin lebih baik disimpen di rekening bank biasa ya supaya lebih liquid, tapi daripada gatel jajan karena ngerasa pegang uang, buat aku lebih baik simpan di RDPU aja.
Dana Darurat
Dana darurat aku set sendiri 6x pengeluaran rutin keluargaku, dengan target pengumpulan 2 tahun. Dari situ ketemu deh per bulannya aku harus menyisihkan berapa. Untuk DD ini aku juga pakai RDPU tapi terpisah dengan yang Sinking Fund.
Dana Pensiun
Dana pensiun ini nih yang bikin alis naik. Hasil berhitungnya kok besar yaa hahaha.. sanggupkah aku mengumpulkan uang rutin perbulan sampe terkumpul M-M-an supaya bisa pensiun dengan tenang nanti? Hitunganku sih harusnya bisa kalau pakai investasi dengan return 13-15% per tahun.ย Tapi ya udah lah yaa; bisa ngga bisa tetep harus nabung dari sekarang kan ngga ada pilihan lain juga ๐
Nah semua investasi ini diatur di mana?
Dulu awalnya aku nabung reksadana via Bareksa. Lalu tertarik buka akun di Bibit juga karena shiny new object syndrome hahaha… aku suka interfacenya yang sleek dan friendly; dan dia ada fitur robo advisor yang memudahkan kita menempatkan investasi di RD pilihan yang sesuai profil risiko.
Akhirnya di tanggal 27 Desember 2020 kuputuskan untuk jual semua reksadana yang ada di Bareksa dan dibelikan unit RD di Bibit. Biar jadi 1 tempat aja, ngontrolnya lebih mudah. No complaint about Bareksa though, cuma ya saat ini aku sebagai pemula lebih merasa terbantu dengan fitur-fitur Bibit.
Enaknya pakai Bibit, aku bisa set up financial goals lengkap dengan target jumlah uang yang harus terkumpul dan due date-nya. Nanti sama Bibit akan dibuatkan rekomendasi alokasi reksadana sesuai profil resiko kita; misalnya sekian % di pasar uang, sekian % di obligasi, sekian % di saham. Bibit juga merekomendasikan pilihan reksadana sesuai jenis-nya. Kalau kita setting preferensi syariah, yang dipilihkan hanya RD yang syariah juga.
-
Rekomendasi Robo -
Komposisi portfolio bisa disesuaikan dengan mengubah-ubah skor profil risiko 1-10 -
Bibit bantu simulasi harus nabung rutin berapa supaya terkumpul dana sesuai target dan timeline
Kalau kalian pakai Jenius, ini mirip-mirip lah konsepnya dengan Dream Saver. Hanya saja Dream Saver pakai instrumen tabungan biasa atau deposito, jadi return-nya kecil kalau nominal tabungan kita juga minimalis.
Back to Bibit, kalau kita sebagai pemula masih blank ngga ngerti RD mana yang harus dipilih, rekomendasi ini berguna banget. At least di awal kita udah bisa langsung action ngga kelamaan mikir harus pilih yang mana. Toh secara berkala bisa kita review lagi, RD yang direkomendasikan Bibit gimana performancenya dibandingkan RD lain yang sejenis. Kalau dirasa perlu, kita bisa switch produk ke reksadana lain. Tapi sampai saat ini aku belum pernah merasa harus switch produk sih.
Nah tadi kan aku udah cerita kalau selama ini juga sebetulnya udah nabung di RD tapi semacam mindless alias ngga ada patokan harus nabung berapa untuk goals yang mana. Setelah financial checkup, aku rapikan lagi portfolio yang ada di Bibit.
-
3 portfolio untuk 3 tujuan keuangan -
alokasi RD untuk dana darurat -
alokasi RD untuk dana pensiun
Jadi sekarang aku punya 3 portfolio di Bibit; Sinking Fund, Dana Darurat, dan Dana Pensiun. Kok 3 doang, ga ada dana liburan atau apa gitu? Well I’m trying to keep things simple. Yang wajib-wajib dulu aja, rencananya nanti sambil jalan kalo ritmenya udah teratur akan kureview lagi dan mungkin akan ditambahkan goals-goals lainnya.
Demikian catatan financial planning-ku di awal 2020 ini. Doakan istiqomah ya gaes. Kalau ada saran atau usulan supaya manajemen keuanganku lebih oke, yuk komen di bawah yaa ๐
1
sampe sekarang aku juga masih belajar untuk mengatur keuangan mbak, dan pake si bibit juga untuk simpen simpen dana
Rencana keuangan untuk masa depan. Nah ini, masalah yang cukup pelik bagi saya. Inginnya menabung dan berinvestasi tapi apa daya dananya habis buat belanja kebutuhan sehari-hari. Kalaupun ada sisa suka tidak bisa mengontrol keinginan buat beli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu penting hehehe….
Semoga tahun ini bisa menyisihkan penghasilan buat investasi demi masa depan anak-anak
berat banget pen nabung ๐