Sebagai seorang pekerja digital yang nomaden, saya punya privilege untuk menentukan mau bekerja di mana. Selama ada laptop, colokan listrik dan koneksi internet serta kopi, di sana saya bisa bekerja 🙂 Di satu hari saya bisa bekerja di rumah, itu juga pindah-pindah lokasi kadang di ruang kerja kadang sambil mangku laptop duduk di sofa livingroom. Di hari lain saya buka laptop di coffee shop, atau coworking space.
Dulu saat masih jadi graphic design freelancer saya banyak menghabiskan waktu kerja dari rumah karena mengandalkan iMac yang tentu ngga bisa dengan mudah diangkut ke mana-mana. Belum dipusingkan dengan urusan memilih tas untuk membawa tetek bengek peralatan kerja. Namun sejak punya Macbook dan lalu mengurusi BP Network, saya jauh lebih banyak menghabiskan waktu kerja di luar rumah. Pada beberapa bulan pertama set up BP Network, saya kerja di coworking space. Di tahun kedua bisnis ini yang mana hampir tiap minggu selalu ada client meeting, saya kerja bisa dari mana-mana tergantung lokasi meeting-nya; as you can guess lebih banyak di coffee shop atau restoran.
Sebagai pekerja nomaden kaya gini, pemilihan tas jadi hal yang krusial. Most of the time saya pakai ransel. Tapi beberapa bulan terakhir saya berusaha terlihat lebih feminin dengan menggunakan totebag untuk membawa semua alat tempur saya. Padahal kalo niat cari sih bisa juga nemu tas ransel wanita yang girly ya hehehe… Pakai tote bag berasa lebih cantik sih tapi jadinya sering terasa pegal di salah satu bahu karena isi tas yang terlalu berat. Apalagi kalau di commuter line ngga dapat duduk 😀 Sedap juga sepanjang perjalanan Bogor – Jakarta berdiri sambil gendong tas isi laptop dan teman-temannya.
Anyway, why backpack? Dr. Suken A. Shah, seorang associate professor of orthopedic surgery dan division chief of the spine and scoliosis center di Nemours/Alfred I. duPont Hospital for Children mengemukakan pentingnya memilih backpack yang baik untuk anak-anak dalam artikel yang diterbitkan di Journal of the American Academy of Orthopaedic Surgeons Januari 2016. Meskipun tulisan tersebut mengacu pada anak-anak, namun resikonya sebetulnya hampir sama untuk orang dewasa. “Orang dewasa punya kecenderungan lebih tinggu untuk terkena masalah leher degeneratif seperti arthritis” katanya. “Jika mereka tidak memperhatikan dengan baik penggunaan backpack yang benar, mereka akan mendapat masalah yang sama dengan anak-anak dalam artian sakit leher, tapi sampai pada titik tertentu rasa sakit ikut akan lumayan melemahkan (debilitating).”
Jenis tas yang membebani hanya di satu sisi seperti tas jinjing atau tote bag memaksa tubuh untuk sedikit memutar dan menahan beban, memberi tekanan pada satu sisi tubuh. Jika isi tas ringan sampai sedang, tidak akan menimbulkan masalah pada punggung. Tas dengan single-strap seperti messenger bag juga nggak lebih baik. Menurut Dr. Shah, one-strap messenger bag berpotensi menimbulkan sakit leher, bahu, dan gangguan pada brachial plexus. Brachial plexus merupakan susunan syaraf besar yang membentang tepat di bawah otot di bahu Anda yang dibebani single-strap messenger bag itu tadi. Beban berat dalam waktu lama di lokasi tersebut bisa menyebabkan masalah saraf serius.
Nah, kalau pakai ransel, relatif aman dari resiko-resiko gangguan kesehatan tersebut karena lebih seimbang, ngga bikin badan miring ke satu sisi dan lebih ergonomis. Tapi bukan berarti serta-merta aman juga sih, tergantung kualitas ranselnya juga. Idealnya strap harus ada padding-nya, dan posisi laptop menempel tepat di punggung agar beban terdistribusi dengan baik dan seimbang. Menurut Dr. Shah sebaiknya tidak membawa beban lebih dari 20 pounds (sekitar 9 kg) untuk sehari-hari. 9 kg sepertinya banyak ya, tapi kalau dihitung-hitung, 1 unit MacBook saya beratnya 1,6kg, 1 botol air minum 600ml sudah sekitar 0.6kg, belum lagi aneka charger, buku catatan, make up pouch berserta isinya, payung endebrei endebrei, jangan-jangan bawaan saya tiap hari bisa sampai 9kg wakwaww…..
Soo.. jadi untuk sementara ini totebag-nya disimpen di lemari dulu aja deh selama masih harus bawa laptop ke mana-mana 😀
Lia Harahap says
Aku pun pake ransel karena alasan kesehatan. Maklum isi tasnya kayak peralatannya Doraemon hehehehe.
Almazia says
Segala-gala dibawa ya Lia? Jadi inget sama tas ibuku, segala macem ada di dalem situ hihihi
Ratna Amalia says
Salah satu dilematis wanita masa kini; pengen selalu tampil ketjeh dengan bawaan yang seabreg.
Almazia says
Tampil cantik agak susah yah kalo bawaan seabreg 🙁
Ratna Amalia says
Masalah prioritas, Ceuuu ^^
mbak avy says
ransel mmg cukup praktis ya mbak
yg penting bisa menampung segala kebutuhan kita
Almazia says
Iya mba, dan harus nyaman dipakai juga
herva yulyanti says
aku juga lebih prefer ransel ke kantor apalagi bawa leptop kantor yang tebelnya dah kayak kamus bahasa inggris-indonesia jaman dulu hehehe.. penjelasannya Dr. Suken A. Shah jadi meyakinkan aku gunain ransel yang bener 🙂
Almazia says
iyaa.. kalo tiap hari bawa laptop seberat itu wajib banget pilih tas yang tepat ya ^^ Demi kesehatan dan masa depan #apadeh
andyhardiyanti says
Sampai sekarang masih merasa lebih nyaman pakai ransel dibanding jenis tas lainnya. Ya kali, bawaannya kemana-mana laptop gitu 😀
Pay says
Woaaah..Mba Alma ini orang BP Network ya. Warbiasa euy, Superwoman.
Ya klo bawa2 laptop mah emang paling bener pake tas ransel lah. #etapi gw masih pake slempang. Wkkkk
Belum nemu yang kece sih jadi masih setia pake tas slempang *yang bisa diubah jadi ransel klo naek kereta :p
zuhra says
Sampe sekarang masih suka pake ransel kalo kemana2, kecuali kondangan 😛