Saya termasuk yang percaya kalau strategi paling ampuh untuk ngurangin berat badan itu adalah dengan mengurangi konsumsi gula, instead of lemak. Karena setahu saya kalau makan makanan berlemak itu bisa seberapa banyak sih? Lebih cepet eneg kan dibandingkan kebanyakan makan minum yang manis-manis. Kalau makan atau minum manis, kayaknya bisa banget sih pagi bangun tidur minum kopi bergula, siang sedikit jajan es kopi susu (yang pasti manis juga); setelah makan siang minum es teh manis, sore sedikit jajan jus buah yang diberi gula, dst dst.
Seringkali kita ngga sadar bahwa bahkan makanan yang tidak terasa manis pun mengandung karbohidrat yang dalam tubuh nantinya juga akan dimetabolisme menjadi gula darah; sama seperti halnya gula pasir yang ditambahkan sebagai pemanis dalam kue maupun minuman.
Nah ini baru untuk gula tersembunyi saja. Untuk yang sudah jelas-jelas minuman mengandung pemanis gula saja kita belum tentu ngeh seberapa banyak sih kandungan gulanya? Kalau diminum, bikin kita kelebihan asupan gula ngga?
Hydration Talk Bersama Danone Indonesia
Nah hari Kamis 18 Oktober yang lalu saya hadir di Hydration Talk yang diadakan oleh Danone Indonesia. Menyimak penjelasan yang atraktif dari ahli perilaku konsumen Prof Ujang Sumarwan dan ahli gizi dari IPB Dr. Rimbawan pada acara tersebut membuka mata saya untuk lebih perhatian sama kandungan gizi makanan dan minuman kemasan yang kita konsumsi sehari-hari.
Segitu pentingnya kah? Oh iya dong. Jadi di acara kemarin kedua narasumber menyinggung tentang perubahan pola penyakit di Indonesia; di mana tingkat kematian akibat Penyakit Menular makin berkurang (dari 44,2% pada tahun 1995 menjadi 28,1% pada tahun 2007); sedangkan tingkat kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) naik drastis dari 41,7% di tahun 1995 menjadi 59,5% di tahun 2007. Apa kabar tahun 2018 ya T_T

Yang termasuk dalam PTM ini macam-macam penyakit “kekinian” seperti Hipertensi, stroke, Diabetes Melitus, gagal ginjal, dan kanker. Tak hanya orang lanjut usia, kini penderita penyakit-penyakit seperti ini makin muda usianya. Meningkatnya jumlah kematian akibat PTM ini ternyata dibarengi juga dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang mengalami overweight dan obesitas lebih banyak dibandingkan dengan yang kurus.
Kondisi ini ternyata erat kaitannya dengan perubahan gaya hidup; seperti makin banyaknya pilihan makanan atau minuman yang padat energi dan gula, serta perilaku fisik manusia millenial yang cenderung makin sedentary alias makin jarang bergerak. Banyak hal yang kini bisa dilakukan hanya dengan sentuhan jari pada gadget, jadi ya jarinya aja yang makin sehat karena sering olahraga tapi orangnya mah enggak 😀
Salah satu aspek gaya hidup yang dibahas oleh dr Rimbawan di acara Hydration Talk ini ialah konsumsi minuman kemasan. Sure, semua orang memerlukan asupan air yang cukup untuk menunjang kebutuhan kesehatannya. Hasil penelitian tahun 2015 menunjukkan bahwa di Indonesia, masyarakat masih lebih banyak mengkonsumsi air putih untuk memenuhi kebutuhan airnya. This is good, tapi yang perlu diwaspadai adalah peringkat berikutnya, yaitu Sugar Sweetened Beverages (SSB) alias minuman manis.

Anyway, sebetulnya berapa banyak sih tubuh kita membutuhkan asupan gula? How much will be too much? Hal ini ternyata sudah diatur oleh Pemerintah Indonesia melalui Permenkes No 30 Th 2013, bahwa batas konsumsi gula per orang per hari sebaiknya tidak lebih dari 50 gram alias 4 sendok makan saja.
Bagaimana dengan kita? Saya pribadi memang belum pernah benar-benar menghitung seberapa banyak gula yaang saya masukkan ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman, karena ya ngga tahu juga caranya gimana haha… Yang bisa saya lakukan hanya sebisa mungkin berusaha membatasi makan atau minum yang berkarbohidrat dan mengandung gula.
Nah kalau untuk konsumsi minuman kemasan, seharusnya kita bisa lebih cermat karena kan sudah ada label pangan pada kemasannya. Hayo siapa yang tahu bahwa di minuman kemasan ada label pangan tapi ngga pernah benar-benar memperhatikkan isinya? Hehehe …
Urusan label pangan ini ternyata ada aturannya sendiri lho. Memang tidak semua makanan / minuman kemasan diwajibkan pemerintah untuk mencantumkan Informasi Nilai Gizi, namun jika ada perusahaan yg memberikan label pangan pada setiap kemasan minumannya (meskipun tidak wajib) maka itu adalah upaya perusahaan untuk memberi edukasi bagi konsumennya.
Informasi Nilai Gizi (ING) biasanya ditempatkan di bagian belakang kemasan (back of pack). Ada beberapa komponen yang wajib disebutkan dalam label gizi, yaitu Energi, Takaran Saji, kandungan lemak total, protein, karbohidrat total, gula, dan natrium.
Dengan cermat membaca ING ini, kita akan bisa lebih bijak untuk mengatur seberapa banyak atau seberapa sering makanan / minuman tersebut sebaiknya kita konsumsi, dan kita juga memilih produk mana yang lebih baik untuk kesehatan kita. Dalam konteks ini tentunya yang kandungan gula dan nya lebih rendah ya.
Tips Mudah Memahami Informasi Nilai Gizi
Nah setelah tahu pentingnya mengerti Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan, berikut beberapa tips untuk memudahkan kita memahaminya.
1. Perhatikan Takaran Saji vs Sajian per Kemasan
Kandungan gizi yang tertera dalam label itu untuk 1 kali sajian ya, bukan per kemasan. Kadang-kadang 1 kemasan minuman itu dimaksudkan untuk 2 atau 3 kali minum (Sajian per Kemasan-nya bukan 1, tetapi 2 atau 3). Hal ini kalau tidak diperhatikan bikin kita salah persepsi.
Menghabiskan 1 botol besar minuman kemasan yang tulisan kandungan gulanya 20gram; padahal Jumlah Sajian per Kemasan-nya 4. Berarti artinya kita sudah mengkonsumsi 4 x 20gr alias 80 gram gula. Baru minum sebotol udah lewat dong ya batasan maksimal asupan gula kita satu hari itu hehehe …. Belum lagi kandungan gula dari makanan atau minuman lain-lainnya.
2. Perhatikan AKG atau Angka Kecukupan Gizi
Persentasi AKG ini jangan sampai disalahpahami sebagai persentase kandungan nutrisi dalam 1 kemasan atau 1 takaran saji ya, tapi berdasarkan kebutuhan energi. Pada contoh minuman kemasan berikut ini, kandungan gula 13% dengan AKG 4%.
Ini bukan berarti kandungan gula dalam minuman ini 4% lho ya. Pada bagian bawah ada tulisan bahwa Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2150 kkal.
Artinya dengan minum 1 sajian minuman tersebut memenuhi 4% kebutuhan energi kita dalam satu hari. 96% kebutuhn energi sisanya dipenuhi oleh makanan dan minuman yang lain yang kita konsumsi pada hari itu. Oiya, Ini dengan asumsi kebutuhan energi kita 2150 kkal ya, namun pada prakteknya bisa kurang atau lebih tergantung kondisi kesehatan dan aktivitas kita juga.
Hal yang sama berlaku juga untuk kandungan gizi lainnya seperti lemak, protein, dan natrium.
Nah setelah bisa memahami isi ING ini, jangan lupa gunakan label pangan untuk membandingkan satu produk dengan produk lainnya. Produk sejenis bisa jadi kandungan garam atau gulanya berbeda signifikan lho. Jadi konsumen yang smart yuk yang bisa menentukan pilihan makanan atau minuman yang lebih baik bagi kesehatan diri kita sendiri.
3
Leave a Reply