Jalan-jalan ke Singapura (Day 1)
Sejak aktif di BP Network dan temenan sama Shinta saya jadi kebawa sering travelling. Kadang untuk urusan pekerjaan, tapi beberapa kali juga untuk sekedar pelesiran hehehe.. Ke Korea Selatan, Derawan, dan yang paling anyar kemarin pergi berdua ke Singapura, 3 hari 2 malam saja.
Saya bertekad yang Singapura ini harus ada blog postnya! Hahaha blogger macam apa ini jalan-jalan jauh ke Korsel dan Derawan fotonya cuma nampang di Instagram sajah 😀
Tujuan kami berdua jalan ke Singapura ingin lihat festival Deepavali yang jatuh pada tanggal 19 Oktober (namun keramaiannya sudah sejak seminggu sebelumnya). Di luar itu saya juga punya tujuan pribadi, tak lain tak bukan adalah untuk nostalgia. Saya sih ngga pernah officially tinggal di sana, tapi waktu saya kuliah dulu, papa saya sempat dinas luar 2 tahun-an ditempatkan di Singapura. Jadi beberapa periode liburan kuliah saya habiskan di Singapura, tinggal di rumah dinas papa.
Sejak papa kembali ditugaskan di Indonesia saya belum pernah ke sana-sana lagi. Jaman itu Universal Studio Singapore belum ada, dan mal Vivo City baru banget jadi 😀 Silakan dihitung sendiri deh itu tahun berapa hehehe…
Jadi berangkatlah saya berdua Shinta. Urusan tiket pesawat seperti biasa jadi kerjaan favoritnya Shinta, dapat tiket Air Asia PP Jakarta – Singapura Rp 500.000,- per pax. Murah yes? Iya murah sih tapi ingat ya kalau harga tiket Air Asia itu belum termasuk in-flight meals dan juga bagasi (Rp 200.000,- per 20kg). Jadi pas beli tiket sebaiknya langsung dipikirkan apakah perlu makan di pesawat dan apakah perlu beli bagasi. Kedua hal ini bisa ditunda, maksudnya di atas pesawat juga masih bisa beli makanan dan beli bagasi saat check in di konter, tapi harganya jadi berlipat-lipat. So you better plan early.
Untuk perjalanan kali ini berangkatnya kami ngga beli bagasi; jadi bawaan saya hanya ransel isi baju + tas tangan untuk jalan-jalan. Untuk pulangnya saya ngotot minta beli bagasi ke Shinta karena takut kalap belanja ini itu; dan juga trauma dengan pengalaman habis uang banyak untuk beli bagasi di bandara Kuala Lumpur saat transit hendak berangkat ke Seoul karena salah perhitungan.
Untuk penginapan, saya booking via Traveloka (sekalian nabung poin-nya hehehe). Rencananya memang kami mau jalan-jalan di sekitar Bugis dan Little India saja jadi cari penginapannya juga di daerah Bugis.
Saat tiba harinya berangkat, pesawat saya ternyata delay. Yang tadinya kita pikir bisa sampai Singapura agak sore jadi masih sempat jalan-jalan sebentar, ternyata tibanya menjelang malam. Setelah makan malam di Burger King Changi, kami naik MRT dari bandara, transit di Tanah Merah, lalu ganti kereta menuju Bugis MRT Station.
Untuk naik MRT ini kami beli LRT/MRT Standard Ticket. Tiket ini bisa dipakai hanya 6 kali, dan harus di-top-up (bisa single way atau return) setiap kali mau naik MRT.
Sesampainya di Stasiun Bugis, berbekal peta yang diberikan oleh hostel, kami jalan kaki sekitar 10 menit menuju Adamson Inn. Lokasi hostel ini di belakang Masjid Sultan.
Adamson Inn ini hostel yang cocok untuk solo traveller; karena kita bisa booking per bed, bukan per kamar. Ada 1 kamar yang berisi 6 bunkbed, kalau travellernya model yang cuek tidur sekamar bareng orang asing bisa banget hemat biaya penginapan dengan booking 1 bed saja. Tapi saya sih ogah hehehe, jadi saya book kamar yang isi 2 bed. Rate per malam-nya Rp 600.000,-an. Otak medit saya langsung mikir, harga segini kalau di Bali sudah dapat hotel atau kamar di villa yang kece wkwkwk..
Isi kamarnya minimalis banget sampai kaget saya karena belum pernah nginep di hostel sebelumnya; hanya ada bunkbed, 1 unit lemari besi yang bisa dikunci masing-masing, 2 colokan listrik di dinding, AC, and that’s it 😀 Ngga ada hiasan apapun kecuali warna merah di salah satu sisi dinding.
Tapi jangan salah, meskipun minimalis begitu, ruangannya sangat bersih. Ngga ada debu, sarung bantal dan sepreinya baru dan terpasang rapi. Dan sebetulnya yang memang cukup kok, beneran cuma buat numpang tidur aja soalnya. Fasilitas lainnya adalah wifi, termos air panas di communal pantry, dan communal shower room & toilet. Bentuk kamar mandinya seperti di tempat-tempat fitness gitu, jadi satu ruang besar disekat-sekat jadi shower cubicle. Penutupnya tetap pintu, bukan korden.
See you on the next post about our Day 2 in Singapore, melihat Deepavali Street Light Up di Little India, dan menengok Insta-worthy spots di Haji Lane ^^
serunya, yang namanya jalan-jalan meskipun diulang berapa kali tetep seru ya mba Al. Kapan ya ke Singapura ama keluarga hehe
Semoga segera yaaa hehehe
Seru ya kl bareng teman. Aku blm pernah ke Singapura loh….pengen juga.
Mamaku malah udah berapa kali bolak balik. Hahahaha… Kalah sama emak.
Minta ajakin mamanya aja mbak 😀
ditunggu tulisan petualangannya seri dua..200rb/kg..okeh okeh plan kesana bawa oleh2 hehe
Juli kemaren gw juga berdua jalan sama anak gw ke sana; sama 3D 2N but we stay at China Town. Judulnya sih jalan-jalan low budget but still belanja juga di Orchard. wkkwkwkwkk..
low budget di airfare dan penginapan ya, urusan shopping beda lagi hehehe… Nginepnya di mana mba di Chinatown? Recommended ga?
Bapaknya dl tugas dimana mba? Aku jg pernah tinggal dispore
Dulu di BNI mba.. Mba Lia tahun berapa tinggal di sananya?
Baca ini ngakak pas bagian akhir, tipsnya emang bener sih wkwkwkwk. Daripada keki, travel emg bagusnya bareng teman yg pinter moto *eh :))))