Holaa! Ketemu lagi dengan blog post saya yang membahas tentang keuangan. Kalau sebelumnya saya udah nulis tentang cara saya mengatur keuangan keluarga dan juga tentang persiapan dana darurat, kali ini saya ingin sharing tentang investasi.
Setiap bulan saya berusaha rutin mengalokasikan 25-30% dari pendapatan untuk ditabung dan diinvestasikan. Untuk saat ini fokus saya memang masih untuk menyiapkan dana darurat dengan instrumen deposito bank, tapi paralel juga sebagian dari alokasi tersebut saya investasikan di reksadana untuk persiapan masa depan, alias masa-masa pensiun di mana mungkin saya dan suami sudah tidak produktif lagi.
Sebetulnya pilihan investasi ritel (alias untuk investor receh kayak saya heheh) itu sangat beragam; mulai dari deposito langsung di bank, membeli reksadana, membeli obligasi atau surat negara, membeli saham secara langsung, sampai membeli properti. Investasi properti saya rasa masih menjadi investasi impian hampir semua orang, tetapi entry barrier-nya besar karena kita sebagai investor harus punya dana yang besar terlebih dulu untuk bisa membeli properti baik tanah maupun bangunan. Kalau baru punya 10-20 juta, mau beli properti di mana? 😀
Nah untuk kita-kita yang uangnya belum sebanyak itu, tentu lebih bijak untuk memilih instrumen investasi yang “realistis” dan tidak memberatkan; selain tentunya mengharapkan untuk memperoleh return yang optimal dari dana yang kita investasikan.
Reksadana Sang Primadona
Dari yang saya baca-baca, reksadana cukup menjadi primadona bagi banyak orang untuk berinvestasi. Dengan berinvestasi di reksadana, artinya kita mempercayakan pengelolaan dana investasi kita secara kolektif (bersama-sama dengan banyak investor lainnya) kepada sebuah institusi keuangan yang disebut Manajer Investasi.
Yang menarik dari investasi reksa dana ialah kita bisa mulai dari nominal uang senilai 2 gelas kopi Starbucks; alias Rp 100.000 saja. Coba tanya deh sama financial planner manapun; “Kapan saat paling tepat untuk mulai berinvestasi?” Saya yakin jawabannya akan sama, yaitu “Saat ini”. Nah kalau saat ini kita hanya punya uang yg bisa diinvestasikan senilai Rp 100.000,- ternyata itupun sudah cukup lho untuk bisa mulai berinvestasi.
Okeh, balik ke Manajer Investasi. MI ini yang akan mengatur uang investornya mau diinvestasikan ke instrumen apa saja dan bagaimana komposisinya. Secara umum reksadana dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan portfolio keuangannya, yaitu reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana saham.
- Reksa dana pasar uang (money market fund) adalah jenis reksa dana yang menempatkan seluruh dana investasi pada instrumen pasar uang yang bersifat utang dan memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun seperti deposito, obligasi dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Reksa dana pasar uang merupakan jenis reksa dana dengan risiko yang sangat rendah, sehingga cocok untuk para investor konservatif. Reksadana pasar uang ideal jika tujuan investasi kita jangka pendek (kurang dari setahun), misal untuk dana liburan tahun depan, biaya masuk sekolah anak tahun depan.
- Reksa dana pendapatan tetap (fixed income fund) adalah jenis reksa dana yang menempatkan sebagian besar dana kelolaannya (minimal 80%) ke dalam efek yang memberikan pendapatan tetap seperti surat utang negara maupun surat utang perusahaan yang memiliki jangka jatuh tempo lebih dari satu tahun. Reksa dana pendapatan tetap risikonya lebih tinggi dibandingkan reksa dana pasar uang, oleh karena itu reksa dana pendapatan tetap dapat menjadi pilihan reksa dana bagi para investor moderat dan yang tujuan investasinya dalam kurun waktu 1-3 tahun.
- Reksa dana campuran (balanced fund) adalah reksa dana yang menempatkan dananya untuk diinvestasikan ke dalam berbagai jenis efek secara sekaligus, termasuk ekuitas (saham), surat utang maupun instrumen pasar uang. Para investor jenis moderat juga disarankan untuk memilih reksa dana campuran. Sama seperti reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran juga memiliki tingkat risiko yang sedang.
- Reksa dana saham (equity fund) adalah reksa dana yang menempatkan sebagian besar dana kelolaannya (minimal 80%) untuk diinvestasikan ke dalam saham. Reksa dana saham memiliki risiko yang paling tinggi dibandingkan ketiga reksadana lain di atas, oleh karena itu reksa dana jenis ini merupakan jenis reksa dana yang paling sesuai untuk investor agresif. Berbanding lurus dengan risiko paling tinggi, potensi return paling tinggi juga dimiliki oleh reksadana saham ini. High risk high return, babe!
Dari penjelasan singkat atas keempat jenis reksadana tersebut bisa dilihat ya bahwa masing-masing jenis reksadana “diperuntukkan” bagi investor dengan profil risiko yang berbeda-beda pula. Setiap orang pasti menginginkan return investasi setinggi mungkin; tapi tidak semua orang sanggup memikul beban risiko yang tinggi pula. Jangan sampai deh setiap hari deg-degan karena lihat grafik NAB reksadana saham yang naik turun. Kalau itu terjadi itu berarti profil risiko kita bukan investor agresif, melainkan moderat atau malah konservatif.
Begitu pula dengan tujuan investasi; kalau kita investasi untuk biaya pendidikan anak 3 tahun lagi misalnya, idealnya ialah dengan reksadana pendapatan tetap dan/atau reksadana campuran karena jika memilih reksadana pasar uang, potensi return-nya kurang optimal. Sedangkan jika memilih reksadana saham, risikonya terlalu besar untuk investasi sependek tiga tahun.
Beli Reksadana Zaman Dulu vs Beli Reksadana Kekinian dengan Invisee
Beberapa tahun lalu saat saya pertama kali membeli reksadana, pilihan saya hanya dua yaitu beli langsung ke MI atau melalui bank yang menjual reksadana tersebut. Proses membeli reksadana waktu itu seingat juga agak ribet ya. Setiap kali beli unit penyertaan (UP), selain transfer ke rekening bank kustodian, saya harus mengisi formulir, menandatanganinya, mengirimkan form pembelian tersebut via fax ke kantor MI, lalu konfirmasi via telepon ke agen bahwa saya mau beli UP. Surat konfirmasi pembelian baru akan diterima dalam beberapa hari ke depan.
Alhamdulillah perkembangan teknologi memudahkan banyak hal termasuk urusan jual beli reksadana. Sekarang sudah banyak pilihan marketplace untuk membeli reksadana; jadi tidak harus langsung ke MI atau datang ke bank. Semua bisa dilakukan secara online.
Dan yang saya suka dari marketplace reksadana online, biasanya menyediakan banyak pilihan reksadana dari berbagai MI (fyi 1 Manajer Investasi bisa menerbitkan lebih dari satu reksadana), dan bisa membandingkan profil dan tingkat return dari bermacam-macam reksadana. Hal ini membuat kita punya lebih banyak pilihan dalam 1 platform, bisa melakukan side-to-side comparison sehingga bisa lebih cermat menentukan pilihan reksadana yang akan dibeli.

Salah satu marketplace reksadana yang bisa dijadikan pilihan ialah Invisee, Aplikasi Investasi Reksa Dana besutan PT. Nusantara Sejahtera Investama. Saya berkenalan dengan Invisee pada event Grand Launching Invisee pada tanggal 10 Oktober lalu di Queenshead Kemang, Jakarta Selatan. Invisee bisa diakses dari browser maupun dalam bentuk aplikasi yang bisa didownload di Google Playstore maupun iOS AppStore.
Dari sisi legalitas marketplace reksadana Invisee ini terjamin legal dan aman karena dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT Nusantara Sejahtera Investama telah memperoleh izin dan sertifikasi yaitu:
- Izin sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Surat Keputusan Otoritas Jasa Keuangan nomor KEP-57/D.04/2016 tanggal 25 November 2016
- Memperoleh Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik No: 00191/DJAI.PSE/08/2016, diterbitkan oleh Kementrian Komunikasi & Informatika R.I. Pada 29 Agustus 2016.

Apa saja yang bisa dilakukan di Invisee?
Sebagai sebuah aplikasi marketplace reksadana tentu yang utama kita sebagai investor dimudahkan dalam memilih, membeli (subscribe) dan menjual (redeem) reksadana, sekaligus juga memantau perkembangan dana investasi kita.
Saat ini ada 5 jenis reksadana yang tersedia di Invisee dari 6 Manajer Investasi yang menjadi mitra Invisee, yaitu : BNI Asset Management, Insight Investment Management, Eastspring Investement, Danareksa Investment Management, Mandiri Investasi dan Trimegah Asset Management. Saya yakin ke depannya akan makin banyak Manajer Investasi yang bermitra dengan Invisee.


Untuk bisa memulai investasi melalui Invisee juga cukup mudah. Mulai dengan mendaftarkan akun di invisee.com, aktivasi akun dan melengkapi data nasabah. Semua bisa dilakukan sendiri karena prosesnya mudah seperti yang bisa dilihat di video berikut, namun Invisee juga menyediakan layanan bantuan jika diperlukan untuk mendaftarkan dan mengaktifkan akun Invisee.
Setelah proses pendaftaran selesai, kita bisa mulai memilih produk reksadana dan melakukan pembayaran atas pembelian tersebut. Kalau sebelumnya yang saya tahu investasi reksa dana bisa dimulai dengan Rp 100.000,-; dengan Invisee we can start even with smaller amount, Rp 10.000 saja! Jadi makin ngga ada alasan untuk mulai berinvestasi ya hehehe…
ViseePay: fitur e-wallet dari Invisee
Nah di Invisee ini juga ada e-wallet yang diberi nama ViseePay; di mana kita bisa top up sejumlah dana; dan saldo ViseePay ini nantinya bisa digunakan untuk membeli / top up reksadana.
Alhamdulillah di acara Grand Launching kemarin saya ketiban rejeki mendapatkan hadiah saldo ViseePay senilai Rp 500.000,- yang bisa saya gunakan untuk membeli reksadana. Serunya lagi, saat ini Invisee sedang aktif menjalin kerjasama promosi dengan beberapa fintech lain di mana kita bisa mendapatkan sejumlah saldo ViseePay. Lumayan kan buat nambah-nambah investasi #deminanti ^^ Untuk detail promonya bisa cek langsung ke website atau aplikasi Invisee ya 🙂
- Invisee X DBS Digibank >> Saldo ViseePay Rp 100.000
- Invisee X EastSpring >> Saldo ViseePay Rp 50.000
- Invisee X Grab Rewards >> Saldo ViseePay Rp 10.000
Fitur ViseePay ini bisa jadi alternatif yang bagus kalau kita ingin memberikan hadiah investasi yang fleksibel untuk keluarga atau teman. Tinggal kita top up saja ViseePay-nya, biarkan dia sendiri yang menentukan ingin berinvestasi di reksadana yang mana.

——
Wow calon investor dimanjain banget ya sama Invisee dengan segala kemudahannya. Meski begitu, jangan lupa ya tugas utama investor adalah memahami profil risiko diri sendiri dan cari ilmu tentang investasinya dulu supaya fasilitas dan kemudahan yang disediakan oleh marketplace reksadana seperti Invisee ini bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Jadi kapan waktu terbaik untuk mulai investasi? Yup, sekarang-lah saatnya!
12
Reksadana online makin menjamur aja nih. Keuntungan buat orang yang males harus pergi ke bank kayak aku hahaha. Soalnya pengalaman daftar buka rekening reksadana dulu itu lama banget. Padahal bank yang udah terkenal recommended buat reksadana. Sekarang aku memang kebetulan lagi cari-cari. Nambah satu lagi nih Invisee. Baca dulu profil jenis reksadananya ah. Terima kasih infonya ya Mbak Alma 🙂
Iya sih pakai reksadana online bisa cepet banget prosesnya hehe, bisa dari mana aja pula ngga mesti dateng ke bank penjualnya. Ngantri CS-nya itu lho yang malesin 😀
Cuma memang dengan reksadana online, kita sebagai investor dituntut lebih mandiri dalam konteks cari ilmu dan pilih-pilih reksadana sendiri.