Saya termasuk orang kota yang ngga bisa lepas dari minum kopi (susu) dalam keseharian saya. Habis kedai kopi menjamur di mana-mana sih, jadinya susah menjauh hahaha… Tapi saya jadi menemukan fakta menarik sih antara kopi dengan ketenangan hidup.
Ternyata harga segelas kopi fancy (alias kopi yang dibeli pas tanggal muda saja, ehm), itu kalau uangnya dipakai untuk bayar premi asuransi setiap bulan, saya bisa dapat perlindungan yang membuat hati tenang sampai setahun ke depan.
Hmm, perlindungan apa nih? Kali ini saya ingin bahas tentang perlindungan dari jenis asuransi yang kayaknya masih agak jarang dilirik orang. Kalau asuransi jiwa sepertinya sudah cukup populer yah, di mana jika Tertanggung meninggal dunia, provider asuransi akan mengeluarkan sejumlah Uang Pertanggungan yang akan diserahkan kepada ahli waris Tertanggung; dengan tujuan menggantikan biaya hidup yang sebelumnya dibayar oleh Tertanggung.
Nah asuransi yang mau saya bahas kali ini adalah asuransi penyakit kritis. Pada dasarnya asuransi merupakan perlindungan terhadap resiko. Nah, untuk asuransi penyakit kritis, seperti apa sih perlindungannya? Apakah dengan memiliki asuransi jenis ini, kita jadi terhindar dari penyakit kritis? 😀 Tentunya tidak seperti itu ya.
Manfaat Perlindungan dari Asuransi Penyakit Kritis
Kita tentu tahu betapa penyakit kritis seperti kanker, stroke, dan serangan jantung itu menimbulkan biaya yang sangat besar, karena biaya pengobatannya yang memang mahal dan umumnya durasi perawatannya juga cukup lama. Syukur alhamdulillah jika pasien dan keluarganya memiliki tabungan yang cukup untuk biaya pengobatan. Tapi untuk kita-kita kelas menengah yang untuk menabung regular juga sudah lumayan ngap-ngap-an, biaya ekstra seperti ini #Amitamit tentu akan sangat memberatkan karena kemungkinan besar harus mengorbankan perencanaan keuangan secara keseluruhan.
Nah salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko biaya untuk pengobatan yang menjulang ialah dengan membeli produk asuransi penyakit kritis, atau critical illness insurance. Dengan perlindungan yang diberikan oleh asuransi, beban biaya pengobatan untuk penyakit kritis ini bisa dikurangi karena provider asuransi akan mengeluarkan Uang Pertanggungan jika Tertanggung (pemegang polis asuransi) didiagnosa menderita penyakit kritis yang ditanggung.
Memilih Provider Asuransi Penyakit Kritis, Harus yang Fleksibel
Kalau sudah mengerti manfaat dan pentingnya punya asuransi, biasanya pertanyaan berikutnya adalah, jadi pilih asuransi yang mana? Dan faktor apa saja sih yang harus jadi pertimbangan? Utamanya tentu memilih provider yang terpercaya ya.
Pertimbangan selanjutnya menurut saya, sepenting-pentingnya untuk punya asuransi, kita mesti tetap pintar-pintar memilih mana yang sesuai dengan kesanggupan kita dalam hal membayar premi. Jangan sampai premi asuransi memberatkan cashflow kita. Ngga mau dong punya asuransi dengan perlindungan yang sangat ciamik tapi buat makan sehari-hari malah jadi super irit, atau malah jadi ngga bisa investasi untuk masa pensiun nanti.
Asuransi Penyakit Kritis dari Astra Life atau Flexi Critical Ilness bisa jadi pilihan, salah satunya karena sifat produknya yang fleksibel. Dengan Flexi Critical Illness, kita cukup membayar per tahun untuk masa perlindungan 1 tahun juga dengan harga premi yang dihitung berdasarkan resiko kita selama setahun itu saja. Besaran preminya bisa kita sesuaikan dengan kemampuan finansial kita di saat itu.
Jika di tahun berikutnya kita masih ingin mendapatkan perlindungan, kita bisa membeli kembali asuransi dan mengatur masa perlindungan hingga setahun ke depan lagi. Premi yang harus dibayarkan pun fleksibel menyesuaikan dengan kemampuan keuangan kita dan juga tingkat perlindungan yang kita inginkan, alias besarnya dana pengobatan yang diberikan jika tertanggung didiagnosa menderita penyakit kritis. Premi bisa dibayar bulanan, kuartalan, semesteran, hingga tahunan. Jika memilih pembayaran tahunan, bisa lebih hemat 2 bulan. Jadi cukup bayar premi 10 bulan, sudah bisa dapat perlindungan untuk 12 bulan. Hmm betul-betul fleksibel sesuai kemampuan kita 😉
Flexi Critical Ilness memberikan perlindungan atas tiga jenis penyakit kritis yang jamak ditemui di Indonesia, yaitu kanker (tahap awal dan tahap lanjut), stroke, dan serangan jantung dengan UP sampai Rp 2M tanpa perlu repot-repot cek medis.
Selain fleksibel memilih besaran dan frekuensi pembayaran premi, membeli Flexi Critical Illness juga sangat mudah. Tidak perlu janjian ketemu sama agen, cukup dilakukan online saja dari website ilovelife.co.id. Metode pembayarannya juga variatif, bisa dengan Transfer ke Virtual Account Bank Permata atau BCA, Autodebit menggunakan Kartu Debit Bank Permata atau Mandiri, & Autodebit dari Kartu Kredit Visa atau Master. Yang terbaik menurut saya ialah dengan autodebit untuk mengurangi resiko lupa bayar.
Setelah membaca informasi produk dengan teliti mengenai Asuransi Penyakit Kritis Flexi dari Astralife, termasuk hal-hal yang dikecualikan, tata cara pengajuan klaim, jujur saya tertarik untuk membeli produknya. Karena saat ini saya baru punya asuransi kesehatan yang biasa saja, yang mengcover rawat inap. Pengobatan untuk penyakit kritis memang termasuk yang ditanggung tetapi limitnya tidak besar.
Oleh sebab itu saya merasa perlu juga punya asuransi yang spesifik meng-cover biaya pengobatan penyakit kritis. Dan di sini dana pengobatan yang dikeluarkan Flexi Critical Illness juga bentuknya lump-sum, bukan berupa reimburse biaya yang sudah dibayarkan ke RS, misalnya.
Biaya Premi vs Besaran Uang Pertanggungan Flexi Critical Illness
Sebelum membeli produk asuransi, tentu saya ingin tahu dulu kisaran biaya premi vs uang pertanggunannya. Ada setidaknya dua hal yang mempengaruhi besaran premi dan UP, yaitu jenis kelamin dan usia tertanggung.
Jika kita beli polis Flexi Critical Illness sebelum usia 45 tahun, UP maksimal yang bisa dipilih senilai 2M; sedangkan jika berada di usia 56-60, maka UP maksimalnya senilai Rp 500 Juta. Semakin muda usia, biaya premi juga semakin murah. So we better start early; toh saat ini penyakit kritis sepertinya sudah tidak pandang usia. Sudah banyak juga cerita orang dekat yang terkena kanker, stroke, bahkan serangan jantung di usia yang masih terbilang muda.
Oh iya, kembali ke kisaran premi dan UP. Di website Astra Life saya mencoba simulasi, untuk jenis kelamin perempuan usia 36 tahun, untuk UP Rp 50 Juta akan dikenakan biaya premi Rp 35.600 saja per bulan. Jika UP saya naikkan hingga RP 1M, biaya preminya menjadi Rp 711.000 per bulan.
Jadi pilih yang mana? Saran saya, pilih premi tertinggi yang masih affordable dan tidak mengganggu cashflow dan lifestyIe kita.
Nah misalnya untuk perlindungan tahun pertama budget kita hanya bisa untuk premi terendah, then go for it! Di tahun berikutnya, jika ada kelapangan finansial tentu kita bisa memilih premi yang lebih tinggi, tentunya untuk mendapatkan perlindungan yang lebih besar juga.
Registrasi Flexi , Cukup 5 Menit Saja!
Mau tahu kemudahan proses registrasi Flexi Critical Illness ? Cuma 5 menit saja ternyata. Pada dasarnya kita hanya harus memberikan informasi diri riwayat kesehatan, jenis kelamin, tanggal lahir, berat dan tinggi badan, besaran UP yang diinginkan.
Kemudian kita diminta memilih frekuensi pembayaran. Jika memilih pembayaran tahunan tentunya akan jadi lebih murah. Setelah itu akan muncul nilai premi yang harus kita bayarkan.
Jika setuju, kita akan diminta mengunggah data KTP dan alamat lengkap untuk melanjutkan proses pembelian asuransi. Sebelum proses pembayaran, jangan lupa masukkan kode referral BLOGALMAZIA8 Setelah itu tinggal bayar deh lalu tunggu polis terbit yang menandakan kita sudah resmi terlindungi ^^
Nah di awal tulisan saya sempat menyinggung tentang asuransi jiwa yah, ini merupakan salah satu jenis asuransi yang disediakan juga oleh Astralife, yaitu Flexi Life; yang tentu sama-sama fleksibel dalam menentukan premi dan besaran Uang Pertanggungan.
Asuransi jiwa menurut saya sih wajib dibeli oleh orang yang punya tanggungan; umumnya yang jadi breadwinner atau pencari nafkah utama di dalam keluarganya. Jadi #Amitamit kalau pencari nafkah utama meninggal dunia, penderitaan keluarga yang ditinggalkan sedikit berkurang karena mendapat Uang Pertanggungan yang dapat digunakan untuk biaya hidup yang tadinya ditanggung oleh pencari nafkah.
Saya sendiri saat ini belum punya tanggungan anak, dengan posisi saya dan suami sama-sama bekerja jadi saya merasa belum membutuhkan asuransi jiwa. But who knows things might change in the future; jika saya sudah merasa perlu asuransi jiwa, saya tahu harus cari asuransi jiwa fleksibel ke mana 😉
0
Leave a Reply